Kinerja Industri Pulp and Paper Diprediksi Akan Hancur
Selanjutnya...
dangdut songs and tourism
Skin Design:
Free Blogger Skins
Danau Maninjau adalah sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang, ibukota Sumatera Barat, 36 kilometer dari Bukittinggi, 27 kilometer dari Lubuk Basung, ibukota Kabupaten Agam. Maninjau yang merupakan danau vulkanik ini berada di ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Luas Maninjau sekitar 99,5 km² dan memiliki kedalaman maksimum 495 meter. Cekungannya terbentuk karena letusan Gunung yang bernama Sitinjau (menurut legenda setempat), hal ini dapat terlihat dari bentuk bukit sekeliling danau yang menyerupai seperti dinding. Menurut legenda di Ranah Minang, keberadaan Danau Maninjau berkaitan erat dengan kisah Bujang Sembilan. Danau Maninjau merupakan sumber air untuk sungai bernama Batang Antokan. Di salah satu bagian danau yang merupakan hulu dari Batang Antokan terdapat PLTA Maninjau. Puncak tertinggi diperbukitan sekitar Danau Maninjau dikenal dengan nama Puncak Lawang. Untuk bisa mencapai Danau Maninjau jika dari arah Bukittinggi maka akan melewati jalan berkelok-kelok yang dikenal dengan Kelok 44 sepanjang kurang lebih 10 KM mulai dari Ambun Pagi sampai ke Maninjau.
Danau ini tercatat sebagai danau terluas kesebelas di Indonesia. Sedangkan di Sumatera Barat, Maninjau merupakan danau terluas kedua setelah Danau Singkarak yang memiliki luas 129,69 km² yang berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok. Di sekitar Danau Maninjau terdapat fasilitas wisata, seperti Hotel(Maninjau Indah Hotel, Pasir Panjang Permai) serta penginapan dan restoran.
AIR Mata Ibu Pertiwi, demikian konsep produk itu dinamakan. Produk ini bukan sebuah alat jargon politik ataupun nama sebuah lembaga swadaya masyarakat. Melainkan sebuah teknologi sistem pembangkit listrik dan pengairan terintegrasi untuk pedesaan di wilayah terpencil.
Konsep sistem pembangkit listrik dan pengairan terintegrasi ini merupakan salah satu produk hasil karya mahasiswa yang pernah dilombakan dalam kegiatan National Innovation Contest (NIC) 2008, di Bandung.
Menurut Fadolly Ardin (21), mahasiswa Teknik Elektro ITB yang menjadi salah satu penggagas produk Air Mata Ibu Pertiwi , teknologi yang masih dalam tahap desain ini memang bercita-cita mulia, yaitu mendorong elektrifikasi (cakupan listrik) sekaligus memperbaiki sistem pengairan sawah yang kerap menjadi momok di desa-desa terpencil.
Teknologi ini memanfaatkan dua sumber energi terbarukan yang sangat melimpah di Indonesia, yaitu tenaga gerak air dan surya. Masing-masing pembangkit, turbin air dan solar cell diproyeksikan mampu menghasilkan listrik total 1 kilowatt per jam. Pada siang hari, kedua pembangkit yang bekerja bersamaan ini difungsikan menggerakkan enam unit pompa air yang berkapasitas 250 liter untuk mengairi sawah yang terletak di atas sungai-yang sulit terjangkau teknologi irigasi manual.
Dibandingkan alat generator diesel yang biasa dipakai masyarakat terpencil untuk penerangan, dalam kajian ek onomisnya, teknologi terpadu ini jauh lebih murah. Investasi awal adalah Rp 31,4 juta. Pada tahun kelima, teknologi ini mampu menghemat biaya Rp 122 juta dibandingkan jika menggunakan solar diesel. Atau, lebih hemat seperlimanya. Ia pun mengklaim, teknolo gi ini telah dilirik sejumlah pemerintah daerah di Aceh, Riau, dan Papua. Namun, kami diminta survei tempat lebih dahulu,
Nilai tambah
Teknologi tinggi, namun tepat guna, harus bisa diperoleh masyarakat ekonomi lemah guna memberi nilai tambah kehidupan mereka.
"Produk yang ingin kami hasilkan sebisa mungkin punya fungsionalitas tinggi dan bisa dimanfaatkan banyak orang. Inilah esensi sesungguhnya dari teknologi. Tidak perlu hi-tech, mahal. Yang penting bisa diakses banyak orang dan punya potensi pasar tinggi," tutur Tessal M.F (20), mahasiswa Teknik Mesin ITB yang mengembangkan Walker yaitu kursi roda multi-guna yang bisa digunakan sebagai penopang, alat bantu jalan, sekaligus tempat duduk. Produk sederhana tepat guna ini keluar sebagai juara ketiga NIC 2008.
Produk yang punya ergonomis tinggi dan bisa dilipat-lipat dan mudah dibawa ini ditujukan kepada lanjut usia dan mereka yang tengah menempuh terapi cacat. Harga jualnya ada pada kisaran Rp 400 Rp 500 ribu per unit. nya. Filosofi tentang teknologi ini diterapkan juga dalam produk Eksoskeleton yang juga dikembangkan dari Teknik Mesin ITB. Alat bantu distribusi beban ini sengaja didesain hanya menggunakan alumunium, bukan titanium, agar murah serta bisa diakses banyak penggunanya.
Para mahasiswa ini berharap, suatu waktu, karya mereka yang sebagian masih konsep, sisanya model dan prototipe ini bisa dikomersialkan suatu hari nanti. Teknopreneur senior yang juga dosen ITB Prof. Muljowidodo Kartidjo mengatakan, kunci sukses t eknopreneur bukanlah dari pengetahuan ataupun ilmunya. Teknologi sebatas dimaanfaatkan untuk inovasi hal-hal baru.
"Kunci suksesnya semangat yang membara, lebih ke soft skill kita. Inilah yang juga menentukan banyak entrepeneur sukses dunia," tutur dosen yang menciptakan berbagai produk teknologi pembangkit listrik tenaga surya dan kendaraan tidak berawak ini.
Selengkapnya...BLITAR, SABTU - Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Djoko Santoso menyatakan para teroris, baik berskala global maupun regional mulai menebarkan ancamannya di Indonesia. "Harus diakui, ancaman terorisme di negara kita ini sudah ada," katanya di sela-sela acara Napak Tilas Kepahlawanan 2008 di Blitar, Jawa Timur, Sabtu (29/11).
Panglima menyebutkan, ancaman di Indonesia itu bisa berupa kekerasan fisik atau aksi teror lainnya yang disampaikan melalui telepon. Bahkan, cepat atau lambat ancaman terorisme global dan regional akan sampai pula ke Indonesia. "Sekarang aksi terorisme itu telah terjadi di Mumbai. Kami sendiri sudah mendeteksi dan mencegahnya sejak dini, agar ancaman itu bisa diatasi," kata Djoko.
"Dalam Konferensi Panglima Militer se-Asia Pasifik di Bali beberapa waktu lalu, telah disepakati persamaan persepsi dalam menangani terorisme," sambung Panglima.
Ditanya mengenai kesiapan TNI menghadapi ancaman itu, Djoko mengemukakan, pihaknya akan menjalankan tugas sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 34 Tahun 2004. "Dalam undang-undang itu disebutkan, salah satu tugas TNI adalah mengatasi segala bentuk ancaman terorisme di Indonesia. Tentu kami tidak bisa mengatasi sendiri, kami selalu berkoordinasi dengan pihak kepolisian, baik di pusat maupun di daerah," ujarnya.
Selain itu, Panglima TNI juga meminta partisipasi aktif masyarakat untuk bersatu-padu dengan aparat keamanan dalam memerangi bentuk-bentuk aksi terorisme di Indonesia.
Dalam acara Napak Tilas Kepahlawanan 2008 itu, Panglima TNI bersama Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah dan Meneg Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault, meresmikan Monumen Perjuangan Tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Blitar. Mereka menyempatkan diri mengunjungi markas Peta yang kini dimanfaatkan sebagai gedung SMK Negeri Blitar dan berziarah ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Blitar.
Panglima mengatakan Peta merupakan cikal bakal terbentuknya TNI. "Sehingga saya patut berbangga dengan para pejuang Peta," katanya didampingi mantan pejuang Peta, Sukiarno.
Oleh karena itu, Panglima TNI mengingatkan, seluruh bangsa Indonesia untuk tidak melupakan jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang memerdekakan bangsa ini dari penjajahan.
Selengkapnya...BANDUNG, SABTU - Pemerintah Kota Pekalongan akan memfokuskan bantuan terhadap usaha kecil menengah (UKM) sektor batik tahun 2009, dalam bidang pemasaran. Jumlah dana itu direncanakan sekitar Rp 800 juta hingga Rp 1 miliar.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Pekalongan, Slamet Prihantono di Bandung, Sabtu (29/11), mengatakan, kepastian tentang jumlah anggaran diperkirakan diketahui pada Desember 2009. Salah satu dorongan terhadap pemasaran tersebut yaitu, rencana diselenggarakannya Pekan Batik Internasional (PBI) di Pekalongan pada April 2009.
Pameran selama satu minggu itu menghadirkan berbagai batik dari seluruh Indonesia. Slamet mengatakan, PBI adalah acara dua tahun sekali. Di Pekalongan terdapat sekitar 600 pelaku UKM bidang batik. Adapun jumlah seluruh UKM di kota itu mencapai 6.000 unit. Bentuk dukungan promosi lainnya yaitu, sejumlah pelaku UKM akan diikutsertakan dalam berbagai berbagai pameran di dalam negeri.
Pemilik Batik Larissa Pekalongan, Eddywan mengatakan, usahanya mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kota Pekalongan untuk mempromosikan produknya. Dalam setahun, dia bisa mengikuti lima hingga enam kali pameran di berbagai daerah.
Selengkapnya...Tiramisu
Sumber: Kursus Cheesecake & Tiramisu NCC
Bahan:
250 gr keju mascarphone
300 ml whipped cream
100 gr gula bubuk
½ sdt esence vanilli
4 btr kuning telur
50 gr gula kastor
Bahan lain:
2 sdm kopi instan, cairkan dengan
150 ml air hangat
1 sdm gula pasir
150 ml kahlua / rhum (bila suka)
20 bh lady finger atau sponge cake coklat 3 lembar ukuran 22x22x3cm
Garnish:
Whipped cream dan coklat bubuk secukupnya
Cara membuat:
Penyelesaian :
Catatan:
Kue Lapis Beras |
:: Penulis : Fatmah Bahalwan |
Memerlukan sedikit ketelatenan membuat lapisan demi lapisan, warna-warni kue lapis ini mengundang selera siapapun yang melihatnya. Bila dibuat potongan kecil, kue ini layak disajikan sebagai hidangan finger food kue tradisonal Indonesia. Bahan: Cara membuatnya:
|
Apple Pie |
:: Penulis : Dewi Anwar |
Bahan Crust : Bahan isi : Bahan olesan :
Cara membuat :
Isi :
Penyelesaian :
|
Opera Cake |
:: Penulis : Fatmah Bahalwan |
Silahkan dicoba ini resep opera cake yang selalu digunakan pada kursus cake internasional NCC. Resep ini dapat juga dimuat pada buku resep NCC 18 Cake & Cookies favorite. Opera Cake ini dapat dimasukkkan juga dalam Cake Potong (lihat artikel "Cake Potong")
Bahan C :
Cara membuatnya :
CHOCOLATE GANACHE Bahan : Cara membuatnya:
|
Chiffon Cake Ketan Hitam |
:: Penulis : Fatmah Bahalwan |
Tekstur cake ini sangat lembut membelai lidah. perhatian diperlukan pada saat membuat adonan putih telur, buat sampai kaku benar tapi tidak kering, sehingga Chiffon tetap rata permukaannya. Untuk hasil sempurna, timbang semua bahan persis seperti resep.
Cara membuatnya:
|
Orange Cotton Roll Cake |
:: Penulis : Fatmah Bahalwan |
Karena lenturnya cake kapas ini, biar kata sudah dingin digulung tetap nurut lho, cobain deh!
Cara membuatnya:
|
Bolu Durian |
:: Penulis : Fatmah Bahalwan |
Aroma Durian yang semribiiittt membuat cake ini memanggil untuk disentuh , penyuka durian pasti tidak akan melewatkannya. Bahan:
|
Bolu Kukus Mambo |
:: Penulis : Fatmah Bahalwan |
Tiap kali membuat bolu kukus ini, saya selalu ingat Nia di Sydney yg membuat resep Bolu Trio Kukus untuk Yvonne yang sedih selalu kena kutukan bolu kukus mekar. Supaya tidak sedih, Yvonne dihibur Nia dengan bolu kukus yang datar saja, tetap enak, lembut dan sama-sama dikukus.
|
Sacher Torte |
:: Penulis : Fatmah Bahalwan |
Bahan A:
Penyelesaian :
|
Brownies Cookies |
:: Penulis : Kursus Kue Kering NCC |
Brownies dalam sepotong kukis! Gunakan coklat yang enak, harum dan pekat rasa coklatnya. Hmmm... hati-hati tau-tau toplesnya sudah kosong.
|
Thursday, 16 October 2008 |
Cake Mentega Kurma |
:: Penulis : Fatmah Bahalwan |
Cake mentega, atau suka disebut Bolu yang ini rasanya lembut dan enak sekali. Mudah dibuatnya, sangat cocok untuk teman minum teh atau kopi di sore atau pagi hari. Banyak persediaan kurma dikulkas sisa Ramadhan? Selipkan saja pada cake, ternyata menjadikan kejutan citarasa tersendiri. CAKE MENTEGA KURMA Bahan: 200 gr gula pasir Cara membuat:
|
Thursday, 30 October 2008 |
Pennylane's Chocolate Cookies |
:: Penulis : Riana Ambarsari |
Bahan:
Cara Membuat:
Catatan:
|
Wednesday, 29 November 2008 |
Simpel Marmer Pound Cake |
:: Penulis : Fatmah Bahalwan |
Teman minum teh pagi ini? Kenapa tidak mencoba resep yang simple saja!. Pound cake ini rasanya lembut, legit dan enak sekali. Untuk bekal snack dikantor saat lapar jam sepuluhan-pun cocok sekali. Sambil sibuk ‘upacara’ pagi hari, biarkan standing mixer bekerja sendiri. Bahan:
|
26 September 08 oleh Wira
Oleh: Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi dan Syaikh Salim Al Hilali
Dari Nafi’ berkata :
“Abdullah bin Umar biasa mandi pada hari idul Fithri sebelum pergi ke mushalla tempat berkumpul manusia untuk sholat, di lapangan bila tidak hujan, red)” (Diriwayatkan Malik 1/177, Asy-Syafi’i 73 dan Abdurrazzaq 5754 dan sanadnya Shahih).
Imam Said Ibnul Musayyib berkata :
“Sunnah Idul Fithri itu ada tiga : berjalan kaki menuju ke mushalla, makan sebelum keluar ke mushalla dan mandi” [Diriwayatkan Al-Firyabi 127/1 dan 2, dengan isnad yang shahih, sebagaimana dalam 'Irwaul Ghalil' 2/104]
Aku katakan : Mungkin yang beliau maksudkan adalah sunnahnya para sahabat, yakni jalan mereka dan petunjuk mereka, jika tidak, maka tidak ada sunnah yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal demikian.
Berkata Imam Ibnu Qudamah :
“Disunnahkan untuk bersuci dengan mandi pada hari raya. Ibnu Umar biasa mandi pada hari Idul Fithri dan diriwayatkan yang demikian dari Ali Radhiyallahu ‘anhu. Dengan inilah Alqamah berpendapat, juga Urwah, ‘Atha’, An-Nakha’i, Asy-Sya’bi, Qatadah, Abuz Zinad, Malik, Asy-Syafi’i dan Ibnul Mundzir” [Al-Mughni 2/370]
Adapun yang diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mandi ini maka haditsnya dhaif (lemah) (Ini diriwayatkan dalam ‘Sunan Ibnu Majah’ 1315 dan dalam isnadnya ada rawi bernama Jubarah Ibnul Mughallas dan gurunya, keduanya merupakan rawi yang lemah. Diriwayatkan juga dalam 1316 dan dalam sanadnya ada rawi bernama Yusuf bin Khalid As-Samti, lebih dari satu orang ahli hadits yang menganggapnya dusta (kadzab))
(Dikutip dari Ahkaamu Al’ Iidaini Fii Al-Sunnah Al-Muthahharah, edisi Indonesia Hari Raya Bersama Rasulullah, oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al- Atsari, Pustaka Al-Haura’, penerjemah Ummu Ishaq Zulfa Hussein)
26 September 08 oleh Wira
Oleh: Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi dan Syaikh Salim Al Hilali
Telah diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah Radliallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari raya biasa mengambil jalan yang berlainan (ketika pergi dan ketika kembali dari mushalla-pen)” [Hadits Riwayat Bukhari 986].
Berkata Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah : “Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengambil jalan yang berbeda pada hari raya. Beliau pergi ke mushalla melewati satu jalan dan kembali dengan melewati jalan lain. Ada yang mengatakan bahwa hikmahnya adalah agar beliau dapat memberi salam kepada orang-orang yang berada di dua jalan itu. Ada yang mengatakan : Agar mendapatkan barakahnya dari beliau bagi kedua pengguna jalan yang berbeda. Dan dikatakan pula, agar beliau dapat memenuhi hajat orang yang butuh pada beliau di dua jalan itu. Ada pula yang mengatakan tujuannya agar dapat menampakkan syi’ar Islam …. Dan ada yang mengatakan -inilah yang paling benar- : Beliau melakukan perbuatan itu untuk semua tujuan tersebut dan hikmah-hikmah lain yang memang perbuatan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak kosong dari hikmah”. [Zaadul Ma'ad 1/449].
Imam Nawawi rahimahullah setelah menyebutkan perkataan-perkataan di atas, beliau mengomentari : ” Kalau pun tidak diketahui apa sebabnya beliau mengambil jalan yang berbeda, disunahkan untuk meneladaninya secara pasti, wallahu a’lam”. [Raudlatut Thalibin 2/77]. Lihat ucapan Imam Al-Baghawi dalam “Syarhus Sunnah” (4/314).
Dua Peringatan :
Pertama.
Berkata Al-Baghawi dalam “Syarhus Sunnah” (4/302-303) : “Disunnahkan agar manusia berpagi-pagi (bersegera) ke mushalla (tanah lapang) setelah melaksanakan shalat shubuh untuk mengambil tempat duduk mereka dan mengumandangkan takbir. Sedangkan keluarnya imam adalah pada waktu akan ditunaikannya shalat”.
Kedua.
At-Tirmidzi meriwayatkan (530) dan Ibnu Majah (161) dari Ali Radliallahu ‘anhu bahwa ia berkata : “Termasuk sunnah untuk keluar menunaikan shalat Id dengan jalan kaki”. [Dihasankan oleh Syaikh kami Al-Albani dalam "Shahih Sunan Tirmidzi"].
(Dinukil dari Ahkaamu Al’ Iidaini Fii Al-Sunnah Al-Muthahharah, Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari dan Syaikh Salim Al Hilali, edisi Tuntunan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya, terbitan Maktabah Salafy Press, penerjemah ustadz Hannan Husein Bahannan)
Oleh AHMAD SAHIDIN
Qurban dalam bahasa Arab artinya dekat. Sedangkan qurban secara istilah dalam agama Islam bermakna menyembelih hewan sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah qurban disebut udzhiyah, artinya hewan yang dipotong sebagai qurban. Ibadah qurban ini perintahnya terdapat dalam al-Qur’n surah al-Kausar (108) ayat 2, “maka dirikanlah shalat untuk Tuhanmu dan berqurbanlah”.
Keutamaan mengenai ibadah qurban dijelaskan pula dengan hadist yang diterima A’isyah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sabaik-baik amal bani Adam bagi Allah di hari Idul Adha adalah menyembelih qurban. Di hari kiamat hewan-hewan qurban tersebut menyertai bani adam dengan tanduk-tanduknya, tulang-tulang dan bulunya, darah hewan tersebut diterima Allah sebelum menetes ke bumi dan akan membersihkan mereka yang melakukannya (muqarib)” (HR.Tirmidzi, Ibnu Majah).
Juga dalam riwayat Anas bin Malik, yang terdapat dalam kitab Sunan Tirmizi, disebutkan bahwa Rasulullah SAW menyembelih dua ekor domba putih bertanduk. Rasulullah SAW meletakkan kakinya di dekat leher hewan tersebut lalu membaca basmalah dan bertakbir serta menyembelihnya.
Hukum ibadah qurban, menurut mazhab Hanafi masuk pada tingkat wajib dengan dalil hadist Abu Haurairah yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mempunyai kelonggaran (harta), namun ia tidak melaksanakan qurban, maka jangan lah ia mendekati masjidku” (H.R. Ahmad, Ibnu Majah).
Dikarenakan landasan di atas, Imam Hanafi menyatakan bahwa dalil-dalil di atas menunjukkan suatu perintah yang sangat kuat sehingga lebih tepat bila dikatakan wajib.
Namun mayoritas ulama mengatakan, hukum qurban itu sunnah dan dilakukan tiap tahun bagi yang mampu. Mazhab syafi’i mengatakan, qurban hukumnya sunnah ‘ain (menjadi tanggungan perorangan) bagi setiap individu sekali dalam seumur.
Dan sunnah kifayah hukumnya bagi sebuah keluarga besar, yang juga menjadi tanggungan seluruh anggota keluarga. Namun kesunnahannya terpenuhi jika salah seorang anggota keluarganya telah melaksanakan ibadah qurban. Pendapat ini berlandaskan pada riwayat Umi Salamah, Rasulullah SAW bersabda, “Bila kalian melihat hilal dzul hijjah dan kalian menginginkan menjalankan ibadah qurban, maka janganlah memotong bulu dan kuku hewan yang hendak disembelih” (HR. Muslim). Jika dilihat dengan jeli, hadits ini mengaitkan ibadah qurban dengan keinginan yang artinya bukan kewajiban.
Dalam riwayat Ibnu Abbas Rasulullah SAW bersabda, “Tiga perkara bagiku wajib, namun bagi kalian sunnah, yaitu shalat witir, menyembelih qurban dan shalat idul adha” (HR. Ahmad dan Hakim). Jadi berdasarkan hadits ini, qurban disunnahkan kepada yang mampu. Ukuran kemampuan didasarkan kepada kebutuhan individu, yaitu apabila seseorang setelah memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan masih memiliki dana lebih dan mencukupi untuk membeli hewan qurban, khususnya di hari Idul Adha dan tiga hari tasyriq, maka ia harus berqurban.
Dalam beribadah qurban harus disertai niat untuk Allah atas nama dirinya. Berqurban atas nama orang lain menurut mazhab Syafi’i tidak sah tanpa seizin orang tersebut. Begitu juga atas nama orang yang telah wafat tidak sah bila tanpa dasar wasiat. Ulama Maliki mengatakan makruh berqurban atas nama orang lain. Ulama Hanafi dan Hanbali mengatakan sah saja berqurban untuk orang lain yang telah meninggal dan pahalanya dikirimkan kepada almarhum.
Dalam menyembelih qurban disunnahkan membaca bismillah, membaca shalawat untuk Rasulullah, menghadapkan hewan ke arah kiblat waktu menyembelih, membaca takbir sebelum basmalah dan sesudahnya disertai doa.
PENULIS adalah pemilik blog http://ahmadsahidin.wordpress.com
Oleh AHMAD SAHIDIN
PADA tiap bulan Dzulhijjah ada tiga bentuk ibadah yang penting bagi umat Islam: ibadah hajji, idul adha, dan kurban. Idul Adha artinya kembali kepada hari raya kurban. Di dalamnya terdapat apa yang biasa disebut udlhiyah, atau penyembelihan hewan kurban. Kurban berasal dari bahasa Arab yang bermakna qurbah atau mendekatkan diri kepada Allah.
Perayaan Hari Raya Idul Adha sangat berkaitan dengan kisah Nabi Ibrahim alaihi salam. Dalam kisah yang telah dibahasakan kembali dalam karya sastra oleh Ali Audah, diceritakan Nabi Ibrahim bermimpi dalam tidurnya, yang diperintahkan Allah harus menyembelih anak laki-laki yang satu-satunya, Ismail. Perintah itu kemudian Nabi Ibrahim sampaikan kepada anaknya dan meminta pendapatnya.
”Ayah, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah,” kata Ismail meresponnya, ”Kalau ayah akan menyembelihku, kuatkanlah ikatan itu supaya darahku nanti tidak kena ayah dan akan mengurangi pahalaku. Aku tidak menjamin bahwa aku tak akan gelisah bila dilaksanakan. Tajamkanlah pisau itu supaya dapat memotong aku sekaligus. Bila ayah sudah merebahkan aku untuk disembelih, telungkupkan aku dan jangan dimiringkan. Aku khawatir bila ayah kelak melihat wajahku akan jadi lemah, sehingga akan menghalangi maksud ayah melaksanakan perintah Allah. Kalau ayah berpendapat akan membawa bajuku ini kepada ibu kalau-kalau menjadi hiburan baginya, lakukanlah, ayah”.
”Anakku,” kata Ibrahim, ‘’sikapmu ini merupakan bantuan besar dalam menjalankan perintah Allah. Dan sekarang ayah pun sudah bersiap”.
Diikatnya kuat-kuat tangan anak itu. Lalu dibaringkan keningnya untuk disembelih. Pisau pun mulai didekatkan pada lehernya. Namun, saat pisau digerakkan, Allah memanggilnya: ”Wahai Ibrahim! Engkau telah melaksanakan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami membalas kepada orang-orang yang berbuat baik” (Qs.Ash-Shaffat: 102). Anaknya itu kemudian digantikan dengan seekor domba besar yang dengan cepat tersedia di tempat itu. Lalu disembelih, diurus, dan dibagikan dagingnya.
Kisah kurban di atas bisa dimaknai sebagai wujud ketaatan atau ketakwaan seorang hamba kepada Allah, yang telah diberi kenikmatan hidup di dunia. Sebagaimana yang tercantum dalam Quran, “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah” (Qs.Al-Kautsar : 1-2).
Kurban juga merupakan wujud kecintaan pada Allah yang ditunjukkan Nabi Ibrahim dengan kesediaan menyembelih putra kesayangannya. Jadi, Allah melalui Nabi Ibrahim mengajarkan kepada umat Islam untuk menolak segala bentuk egoisme dan keserakahan. Karena kedua sifat itu bila tetap ada dalam diri akan merampas hak dan kepentingan masyarakat dhuafa.
Bahkan, bila ditinjau lebih dalam, peristiwa tersebut memiliki dua dimensi yang bersifat hablumminallah (vertical) dan hablumminannas (horizontal). Secara vertikal, peristiwa itu merupakan upaya pendekatan diri (qurbah) dan dialog dengan Allah dalam rangka menangkap nilai dan sifat-sifat Ilahiyah. Yakni sebagai proses melepaskan segala kepentingan-kepentingan madharat, hawa nafsu, dan ambisi dunianya, sehingga dapat berjumpa dengan Allah. Sedangkan kan secara horizontal, hal itu menjadi pesan Ilahi untuk membumikan nilai-nilai (pengorbanan) itu dalam kehidupan nyata. Yakni dengan menyembelih kambing atau sapi, yang dagingnya dibagi-bagikan. Ini dimensi kurban sebagai bentuk ajaran sosial dalam Islam.
Selain wujud ketakwaan seorang hamba Allah, kurban secara sosial bisa dimaknai momentum berbagi kenikmatan bersama orang lain. Hewan kurban yang disembelih dan dibagikan dagingnya itu akan menjadi pahala (bagi yang kurban) dan menggembirakan mereka yang jarang memakan daging dikarenakan uang yang tidak mencukupinya. Artinya, ibadah kurban mendatangkan kebaikan bersama antara yang miskin dan kaya.
Dalam hadits yang diriwayatkan Ahmad, para sahabat bertanya pada Nabi Muhammad Rasulullah SAW. “Apakah maksud kurban ini, ya Rasulullah?” tanya para sahabat. Rasulullah SAW menjawab, “Sunnah Bapakmu, Ibrahim.” Mereka kembali bertanya, “Apa hikmahnya bagi kita?” Beliau menjawab, “Setiap rambutnya akan mendatangkan satu kebaikan.” Mereka bertanya lagi, “Apabila binatang itu berbulu?” Beliau menjawab, “Pada setiap rambut dari bulunya akan mendatangkan kebaikan”.
Jadi, kurban merupakan wujud kesediaan seseorang untuk mengorbankan yang paling dicintainya dalam rangka mendekatkan diri pada Allah. Memang, untuk mewujudkan kesatuan dan mengatasi problematika umat dibutuhkan pengorbanan yang tulus dan penuh kesadaran. Karena itu, marilah kita korbankan harta, jiwa dan raga, keluarga, waktu, profesi dan jabatan kita demi terwujudnya kesejahteraan dan kehidupan yang membahagiakan umat Islam. Insya Allah, apa yang di-kurban-kan pasti akan diganti oleh Allah. “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rizki yang sebaik-baiknya” (Qs.As-Saba: 39).
E-mail: ahmadsahidin@gmail.com
TIDAK semata-mata Allah memerintahkan Nabi Ibrahim as memotong putranya yang tercinta, Nabi Ismail as, jika tak ada hikmah yang terkandung dalam perintah tersebut.
Bila melihat kisah Qurban yang terdapat dalam al-Quran yang diperankan Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as, layaklah kita anggap sebagai peristiwa nyata. Bila ada yang menyatakan hanya simbolik atau tak nyata alias fiktif, berarti telah menganggap kitab suci umat Islam (Al-Quran) tidak benar. Pikiran seperti ini seharusnya segera untuk dijauhkan dari ingatan kita. Sebab qurban jelas sebagai perintah Allah yang tercantum dalam al-Quran Surat.Al-Kautsar ayat 1-2, “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah.”
Makna Qurban
Setiap ibadah dalam agama Islam pasti mengandung makna atau hikmah yang bermanfaat. Begitu pun ibadah qurban. Qurban sebagai ibadah tahunan merupakam ajaran Allah yang memiliki dimensi vertikal (hablumminallah) dan horizontal (hablumminannas).
Dimensi vertical ini bisa diartikan sebnagai bentuk ketaatan kita kepada Allah dengan melakukan qurban. Yakni sebagai penghambaan kepada Allah, yang pada Nabi Ibrahim diwujudkan dengan menyembelih Nabi Ismail as. Sedangkan pada kita saat ini dengan menyembelih kambing atau sapi, yang dagingnya dibagi-bagikan. Aspek ini sebagai bentuk ajaran sosial dalam Islam (hablumminannas).
Qurban juga bisa dimaknai sebagai penyadaran atas nilai-nilai kebinatangan yang ada pada manusia (diri), sehingga kembali menjadi manusia. Namun ada juga yang memaknainya sebagai upaya untuk mendekat pada Allah. Bila itu yang dipahami dan diyakini, maka ia harus berani mengorbankan yang dicintainya (seperti Nabi Ibrahim as). Tapi pendapat ini argumennya tak begitu kuat. Sebab kalau sebagai keberanian berkorban untuk Allah, bagi seorang hamba yang benar-benar mencintai Allah, korban seekor kambing atau unta bukanlah simbol cinta yang bisa disebut besar. Apalagi ini kepada Allah.
Bukan sekedar cinta
Menurut guru saya di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, ibadah qurban tidak hanya wujud cinta, tapi juga sebagai syukur atas nikmat yang diberikan Allah pada kita. Jika kita tetap yakin bahwa qurban sebagai wujud cinta, maka sunguh kecil nilainya dihadapan Allah.
Guru saya memberikan perbandingannya. Jika menyembelih kambing itu sebagai tanda cinta, coba bandingkan antara pengorbanan Nabi Muhammad SAW yang mengorbankan dirinya berhadapan dengan orang-orang kafir yang ingin membunuhnya; atau Nabi Ibrahim as yang menyembelih anaknya sendiri dengan tangannya sendiri. Bandingkan dengan kita yang hanya mengorbankan seekor kambing atau sapi.
Kalau saja Allah tetap menganggap pengorbanan kita dengan seekor kambing sebagai tanda cinta kita pada-Nya, subhanallah, betapa besarnya Kasih-Sayang (Rahman-Rahim) dan Maha Pengampunan Allah kepada kita.
Pada akhirnya, kita harus bertanya pada niat kita sendiri, untuk apa kita ber-qurban? Di situlah letak nilainya. Oleh karena itu, letaknya dalam niat, dalam ungkapan hati, dan dalam apa yang tersirat dalam hati. Itulah masalahnya.
Bila kita menyadari betapa kecilnya pengorbanan kita terhadap yang kita cintai (Allah), semestinya menjadi salah satu dasar supaya kita menyadari untuk semakin bersyukur. Tapi kita lebih banyak meminta suatu “materi” dibandingkan ungkapan rasa syukur dan minta ampunan.
Memang bila direnungi akan tampak diri kita tak ada apa-apanya. Dengan ini maka akan terasa dalam diri bahwa kita kecil di hadapan-Nya. Bila kita memang sudah merasa kecil, berbesar hatilah. Sebab rasa rendah hati di hadapan Allah lebih baik dan bernilai ibadah. Nabi Muhammad Rasulullah SAW pun selaku manusia sempurna, dalam beberapa doanya menyampaikan kelemahannya.
Berikut ini bentuk doa kelemahan yang dibacakan Rasulullah SAW:
“Ya Allah, kepada Engkaulah aku adukan kelemahan tenagaku dan kekurangan daya upayaku pada pandangan manusia.
Wahai Yang Maha Rahim, Engkaulah Tuhannya orang-orang yang lemah dan Engkaulah tuhanku. Kepada siapa Engkau menyerahkan diriku? Apakah kepada musuh yang akan menerkam aku atau kepada keluarga yang Engkau berikan kepadanya urusanku, tidak ada keberatan bagiku asalkan Engkau tidak marah kepadaku. Sedangkan afiat-Mu lebih luas bagiku.
Aku berlindung dengan cahaya wajah-MU yang mulia yang menyinari langit dan menerangi segala yang gelap dan atas-Nyalah teratur segala urusan dunia dan akhirat, dari turunnya murka-Mu kepadaku atau turunnya ketidakridhaan-Mu kepadaku.
Jauhkanlah murka-Mu hingga Engkau ridha. Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan-Mu”.
Masukan ini dipos pada Nopember 21, 2008 8:30 am dan disimpan pada kolom dengan kaitan (tags) islam, tuhan, syukur, ahmad sahidin, rasulullah saw, ibadah, Al-Quran, Qurban, Idul Adha, Wujud Syukur Kekasih Allah, Bukan sekedar cinta, kitab suci, Nabi Ibrahim as, Ismail as. Anda dapat mengikuti semua aliran respons RSS 2.0 dari masukan ini Anda dapat memberikan tanggapan, atau trackback dari situs anda.
BANDUNG, (PRLM).- Ormas Islam seperti Muhammadiyah dan Persis tidak ada perbedaan dalam penetapan Iduladha 1429 H/2008 yang jatuh pada Senin (8/12). Sedangkan Depag akan mengadakan rukyat hilal akhir Zulkaidah 1429 H/2008 pada Kamis hari ini (27/11) untuk menentukan Iduladha.
Dalam maklumat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyebutkan 1 Zulhijah 1429 H jatuh pada Sabtu Legi (29/11) sehingga Hari Arafah (9 Zulhijah) jatuh pada Minggu (7/12). “Sedangkan Iduadha 10 Zulhijjah 1429 H bertepatan dengan Senin (8/12) mendatang,” kata Wakil Sekretaris PW Muhammadiyah Jabar, Ustaz H. Jamjam Erawan, di ruang kerjanya Jln. Sancang, Kota Bandung, Kamis (27/11).
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persis, K.H. Shiddieq Amin, mengatakan PP Persis melalui Dewan Hisab dan Rukyat juga menetapkan 1 Zulhijjah jatuh pada Sabtu (29/11) sehingga Iduladha 10 Zulhijjah bertepatan dengan Senin (8/12).
“Ijtimak akhir Zulkaidah 1429 H jatuh pada Kamis (27/11) dengan ketinggian hilal di Pelabuhan Ratu, Kab. Sukabumi, saat Magrib adalah -4 derajat 31 menit 55 detik , sedangkan di Jayapura, Papua, ketinggian hilal mencapai -6 derajat 11 menit dan 48 detik,” katanya.
Ustaz Shiddieq mengharapkan agar Iduladha pada tahun ini tidak terjadi perbedaan penetapan seperti pada awal Ramadan dan Idulfitri kemarin. “Insya Allah kemungkinan besar penetapan Idul Adha akan sama,” katanya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allah. Akbar!
Alhamdulillah, pagi ini kita semua berkumpul untuk memperingati satu diantara sekian banyak hari-hari Allah. Hari-hari yang kelak akan menjadi saksi tentang jiwa-jiwa suci yang telah berjuang menggapai ketinggian; tentang jiwa-jiwa yang telah memberikan kematian untuk nendapatkan kehidupan. Untuk itulah Allah memerintahkan kita untuk senantiasa rnengingat hari-hari-Nya; agar dengan begitu kita senantiasa menemukan godaan luar biasa untuk berjalan dan mendaki langit ketinggian;
وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
“… dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah”. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. (QS: 14. 5)
Dan hari yang kita peringati ini adalah hari ketika seorang manusia besar, seorang nabi Allah, lbrahim as, sedang menapaki jalan tcrjal menuju ketinggian; menjalani detik-detik paling rnenggetarkan dalam kehidupan jiwanya dan dalam scgenap gelombang sejarah kemanusiaan; saat-saat ketika ia melampaui batas keraguannya dan memasuki wilayah keyakinan baru dimana ia benar-benar memutuskan untuk menyembelih puteranya tercinta, Ismail as. Dengarlah dialog antara kedua anak manusia itu pada jenak-jenak terakhir menjelaskan mereka tiba pada kesepakatan besar itu;
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَفَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْمَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS: 37: 102).
Tidakkah engkau melihat betapa lbrahim memanggil anaknya dengan sebutan “Bunayya; anakki tersayang?” Tidakkah engkau melihat betapa Ibrahim bertanya kepada anaknya dengan hati- hati; “Cobalah pertimbangkan! Bagaimanakah pendapatmu tentang itu?” Tidakkah engkau merasakan betapa Ibrahim menyembunyikan pergolakan besar yang berkecamuk di relung hatinya? Tapi lihatlah, betapa agungnya sang anak masih sanggup memanggil ayahnya dengan panggilan sayang; “Wahal ayahku teersayang!” Tapi alangkah agungnya sang anak ketika ia menjawab dengan tenang; “Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu!” Dan betapa tegarnya sang anak ketika ia mengatakan; “Niscaya kan kau dapati aku,Insya Allah, sebagai orang-orang yang sabar.”
ltulah momentum pengorbanan paling akbar dalam sejarah manusia. Dan itulah momentum kebesaran paling agung dalam sejarah manusia. Dan itulah hari-hari Allah! Maka dengarlah Allah berkata tentang lbrahim;
وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim”. (QS. Al Baqarah ayat 124)
Dan denganlah Allah berkata tentanglsmail as,
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.
Beginilah Sungai Sejarah Mengalir
Allahu akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!
Begitulah kisah pengorbanan itu mengalir dalam sungai sejarah kemanusiaan. Sebab dalam sungai sejarah itu selalu hanya ada darah dan air mata. Tapi hanya itulah; yang dapat mengantar setiap; prihadi menuju muara kebesarannya. Dan hanya itulah yang dapat mengantar setiap umat menuju muara kejayaannya.Demikianlah akhirnya pengorbanan menjadi kisah panjang yang mengalir deras dalam sungai sejarah kemanusiaan.
Lihatlah bagaimana putera Adam, Habil, mempersembahkan hewan terbaik yang ia miliki sebagai persembahan kepada Allah unluk membuktikan kedalaman takwanya.
إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ
“… ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). (Q.S Al Maidah ayat 27)
Lihatlah betapa mirisnya perasaan ibunda nabi Musa saat ia memutuskan untuk melepaskan bayi laki-lakinya terapung dai atas sungai;
إِذْ أَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّكَ مَا يُوحَى(38)أَنِ اقْذِفِيهِ فِي التَّابُوتِ فَاقْذِفِيهِ فِي الْيَمِّ فَلْيُلْقِهِ الْيَمُّ بِالسَّاحِلِ يَأْخُذْهُ عَدُوٌّ لِي وَعَدُوٌّ لَهُ وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي وَلِتُصْنَعَ عَلَى عَيْنِي(39)
“…yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan, Yaitu: ‘Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir`aun) musuh-Ku dan musuhnya’. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku. (QS Thoha ayat 38-39)
Lihatlah bagaimana nabi Yusuf harus mengorbankan masa mudanya di dasar sumur yang gelap, lalu dalam penjara yang begitu melelahkan;
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ
Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf ayat 33)
Lihatlah bagaimana nabi Nuh mengorbankan 950 tahun dan masa hidupnya untuk dakwah dan akhirnya hanya mendapat dua belas pasang pengikut;
إِنَّا أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ أَنْ أَنْذِرْ قَوْمَكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ(1)قَالَ يَاقَوْمِ إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِينٌ(2)أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ وَأَطِيعُونِ(3)يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرْكُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إِنَّ أَجَلَ اللَّهِ إِذَا جَاءَ لَا يُؤَخَّرُ لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ(4)قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلًا وَنَهَارًا(5)فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِي إِلَّا فِرَارًا(6)وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي ءَاذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا(7)ثُمَّ إِنِّي دَعَوْتُهُمْ جِهَارًا(8)ثُمَّ إِنِّي أَعْلَنْتُ لَهُمْ وَأَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَارًا(9)
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan): “Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih”. Nuh berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, (yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan ta`atlah kepadaku, niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui”. Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, (QS. Nuh Ayat 1-9)
Lihatlah bagaimana nabi Musa as dan Harun as melewati jalan terjal untuk menyampaikan dakwah dan harus menghadapi seorang thagut besar yang mengklaim diri jadi Tuhan yaitu Fir’aun? Lihatlah bagaimana Ashabul kahfi harus mengorbankan masa muda mereka dan meninggalkan kota mereka untuk mempertahankan agama mereka dan meminta kenyataan bahwa rnereka harus hidup dalam gua.
Lihatlah bagaimana nabi kita, Muhammad saw, harus berkorban demi dakwahnya sepanjang 22 tahun, 2 bulan dan 22 han? Lihat pula bagaimana sahabat-sahabat beliau dan kaum Muhajirin harus meninggalkan tanah asalnya, anak isterinya, serta semua harta benda mereka, demi mempertahankan dan melebarkan sayap agama mereka? Lihat pula bagaimana orang-orang Anshar di Madinah yang notabene miskin harus menyambut saudara-saudara mereka kaum Muhajirin dari Mekkah yang datang tanpa apa-apa? Maka Allah berkata tentang nabi-Nya, Muhammad saw;
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Dan Allah berkata tentang Kaum Muhajirin
(Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al Hasyr Ayat 8 )
Dan Allah berkata tentang kaum Anshar;
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS Al Hasyr ayat 9)
Dan tentang mereka semua:
وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ ءَاوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (ni`mat) yang mulia.” (QS. AL Anfaal ayat 74)
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud (QS. Al Fath ayat 29)
Mengapa Harus Ada Pengorbanan
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!
Dalam jiwa kita mungkin tcrsimpan satu pertanyaan; “Mengapa Sungai sejarah kemanusian selalu harus sialiri oleh darah dan air mata? Mengapa kita harus selalu berkorban? Tidak bisakah Allah menjadikan hidup ini tenang , dimana manusia hanya menyembah-Nya, dimana manusia hanya punya satu agama, dimana manusia dimana manusia tidak berbeda dalam pikiran, jiwa dan watak, diumana dunia ini menjelma taman kehidupan yang indah?”
Allah mengetahui dengan baik bahwa setiap manusia menyimpan pertanyaan itu dalam batinnya. Sama seperti Allah juga mengetahui bahwa Ia bisa melakukan semua itu; Ia bisa membuat manusia hidup (damai dengan hanya satu agama, Tanpa pertentangan diantara mereka, tanpa konflik, tanpa darah dan air mata, dimana hanya ada kegembiraan, dimana hanya ada cinta, dimana hanya ada lagu-lagu kehidupan yang indah. Maka dengarlah Allah berfirman;
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً
“…Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja),..(QS:5: 48).
Begitulah akirnya Allah mempertemukan kita dengan hakikat ini; yaitu hakikat bahwa hidup sepenuhnya hanyalah ujian semata dari Allah, dan bahwa hanya ada satu kata kunci dalam setiap ujian; duri-duri di sepanjang jalan kehidupan ini harus dilalui dengan penuh pertanggungjawaban. Simaklah firmian Allah;
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS 67: 2,).
Tapi masih ada satu hakikat lain lagi yang membuat ujian kehidupan menjadi semakin berat dan rumit. Hakikat itu adalah ini; Allah ternyata tidak menurunkan Adam dan Hawa sendiri ke bumi. Allah menurunkan mereka berdua bersama Iblis yang akati menyesatkan Adam beserta segenap anak cucunya hingga hari kiamat dari jalan kebenaran. Selain Iblis yang ada di Iuar diri kita, di dalam diri kita sendiri juga terdapat unsur setan yang menjadi pusat pendorong kepada perbuatan jahat. Maka hakikat ini telah nienjadikan panorama kehidupan kita akan senantiasa dipenuhi konflik antara kebaikan dan kejahatan, antara kebenaran dan kebatilan, antara tentara Iblis dan tentara Allah. Di sini tidak ada pilihan untuk tidak memihak. Dan karenanya setiap orang pasti harus berkorban, sebab setiap orang pasti terlibat dalam pertarungan abadi ini. Kalau seseorang tidak berada dalam kubu kebenanan, pastilah dia berada dalam kubu kebatilan. Dan tidak ada kubu pertengahan.
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ
Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”. (‘Q.S: 2: 36)
Demikianlah kedua hakikat tersebut menjadikan pengorbanan sebagai keniscayaan hidup. Dan hanya ada satu hal yang kelak akan memutus siklus pengorbanan yang begitu melelalikan manusia ini; yaitu kematian! Ya. .hanya itu yang akan membebaskan kita dan pengorbanan.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!
Kalau pengorbanan telah melekat begitu kuat dalam tabiat kehidupan, maka begitulah pengorbanan menjadi wajah abadi bagi iman. Sebab Allah hendak memenangkan agama-Nya di muka bumi dengan usaha-usaha manusia yang maksimal. Marilah kita menyimak diaolog antara Saad Bin Abi Waqqas dengan Rasulullah saw berikut ini;
Dan Saad binAbi Waqqas; is berkata; “Wahai Rasulullah, siapakah yang mendapat cobaan paling berat?” Rosulullah menjawab; “Para Nabi, lalu yang paling menyamai (kualitas) nabi. Dan seseorang akan diuji dengan sesuai dengan kemampuannya. Jika di dalam keagamaan terdapat kekuatan, maka cobaannya akan semankin keras. Dan Jika ada kelelamahan dalan agamannya, ia hanya akan diuji sesuai dengan kadar keagamaannya itu. Maka cobaan tidak akan pernah meninggalkan seorang hamba, hingga ia membiarkan hamba itu berjalan di muka bumi tanpa sedikitpun dosa.”HR Ibnu Najah dari Saad bin Abi Waqqas; sebagaian maknanya terdapat juga dalam shahih Bukhari dan Muslim)
Begitulah saudara-saudaraku, pengorbanan menjadi harga mati bagi iman; dimana geliat imanmu hanya akan terlihat pada sebanyak apa engkau berkorban, pada sebanyak apa engkau memberi, pada sebanyak engkau lelah, pada sebanyak apa engkau menangis; dan puncak dari segalanya adalah saat dimana engkau menyerahkan harta dan jiwamu sebagai persembahan total kepada Allah swt. Maka bertanyalah kepada diri sendiri; sudah berapa banyak yang engkau berikan? Sudah berapa banyak engkau meneteskan air mata?, Sudah berapa banyak engkau lelah?, Sudah berapa banyak?, Sudah berapa?, Sudah berapa banyak?
Begitulah saudara-saudaraku, pengorbanan menjadi harga mati bagi kemenangan. Setiap mimpi kemenangan dan kejayaan selalu diawali dengan kisah panjang pengorbanan. Maka Nabi lbrahim dinobatkan sebagai pemimpin umat manusia setelah Ia menyelesaikan kisah pengorbanannya yang begitu panjang dan begitu mengharubiru. Dan Rasulullah saw mencapai kemenangan akhirnya setelah melalui masa-masa pengorbanan yang penuh darah dan air mata.
(4)
Jalan Kembali Itu Hanya Ada Di Sini
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!
Para nabi dan sahabat-sahabatnya telah menggariskan jalan kemenangan itu bagi kita; bahwa harga yang harus dibayar untuk itu adalah pengorbanan. Dan kita, kaum muslimin, yang kini terpuruk dalam semua bidang kehidupan, kalah dalam semua medan tempur, dan harus rela untuk hanya berada di pinggiran sejarah; harus benar-benar menyimak pelajaran itu dengan baik. Sebab Imam Malik mengatakan;
Saudara-saudaraku! Maka berjanjilah kepada dirimu untuk melakukan itu. Buatlah perjanjian sekali Iagi dengan Allah; bahwa segenap hidup dan matimu, segenapjiwa dan pikiranmu, segenap harta dan waktumu, telah engkau jual kepada Allah swt yang akan dibayarnya – kelak- dengan surga;
إن اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْءَانِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. At Taubah ayat 111. (by Al Manar)