| Taman laut Raja Empat, Papua |
Film Denias merupakan salah satu film yang diputar di Festival Film Indonesia di Belanda pada 24 sampai 31 Oktober lalu. Latar belakang film Denias menggambarkan keindahan alam Papua. Jadi bukanlah alasan yang berlebihan, jika tujuan Festival Film Indonesia adalah menarik wisata.
Pasang surut politik
Papua dalam bahasa melayu berarti rambut keriting. Wilayah itu merupakan propinsi di bagian timur Indonesia. Papua sampai sekarang masih mengalami pasang surut politik. Bahkan mulai akhir pekan lalu militer TNI secara besar-besaran dikerahkan di Papua, tanpa diketahui alasannya.
Menurut Taha al-Hamid, Sekjen presidium Dewan Papua, pengerahan pasukan itu menandakan ketidakstabilan wilayah Papua. Selama wilayah itu belum stabil maka jangan diharapkan adanya lonjakan turis.
Taha al-Hamid: "Setiap waktu kondisi bisa berubah. Karena ada banyak hal yang belum bisa dijelaskan kepada Rakyat Papua sehingga kita bisa lihat dalam satu bulan terakhir ini, kondisi khususnya di Wamena, di Jayapura, itu sangat tidak stabil".
Padahal potensi turisme Papua sangatlah besar dengan keindahan alam dan kebudayaan suku-suku yang ada. Itu tidak akan berarti, tanpa upaya pemerintah untuk menjaga keamanan. Selama Papua masih dilanda konflik, turisme tidak akan dapat dikembangkan. Hal itu diakui pula oleh ketua Papua Promotion Management PPM, GA Tompoh di Belanda, ketika ditemui di sela-sela pembukaan Festival Film Indonesia di bioskop Rialto, Amsterdam.
G.A. Tompoh:"Itu suatu soal yang sangat sulit. Kita tidak mengandalkan itu. Dari sini kita cuma bisa berharap kalau bisa situasi tenang, karena maksud kita itu: turisme dari luar negeri membantu membuka lapangan kerja, membantu masyarakat kecil menaikkan taraf hidupnya."
Kendati demikian, promosi terus tetap dilakukan, termasuk dari Belanda. Upaya meningkatkan kunjungan turis, di tengah keamanan yang tidak menentu yaitu permintaan perpanjangan visa kunjungan wisata jika seorang turis ingin mengunjungi Papua.
Faktor lainnya yang tidak kalah penting adalah sarana dan prasarana. Letak Papua yang sangat jauh dari ibukota Jakarta dan banyaknya gejolak di wilayah itu menjadikan propinsi ini terbelakang dibanding daerah-daerah lainnya. Sarana dan prasarana pariwisata Papua juga tertinggal.
Sektor pariwisata bukanlah pendapatan daerah utama Papua. Kendati potensi alam Papua memang besar. Tapi pengelolaannya dari pihak pemerintah belum menjadi prioritas. Tahun ini memang pemerintah memang mencoba menggelar pesta danau Sentani. Namun itu lebih merupakan pesta untuk masyarakat lokal.
Membenahi hak dasar
Potensi turis tersebar di wilayah Papua. Di antaranya yang patut dikunjungi adalah Resor besar taman laut Raja Empat, pemandangan alam di setiap kabupaten Cendrawasih, Biak, pulau Yapen sampai ke Nabire, ditambah potensi di Paniai. Yang terkenal di seluruh dunia adalah Lembah Baliem dan Asmat.
Namun sayang beribu sayang banyak sarana pariwisata yang dulunya dibanggakan sudah hancur dan tidak menarik lagi untuk dinikmati, kata Erikson Mirino dari Radio Suara Kasih Agung di Jayapura.
Erickson Mirino: "Tarian di Papua itu saja mulai punah. Turis asing masuk selalu disambut dengan tarian daerah ini. Turis asing itu sering datang hanya ingin melihat, atau ingin mencari bukti-bukti sejarah itu, ketika sampai di Jayapura peninggalan-peninggalan itu sudah tidak ditemukan lagi."
Banyak sekali yang harus dibenahi Papua untuk memajukan pariwisatanya. Pada akhirnya peningkatan itu harus bisa memberikan keuntungan buat rakyat setempat. Dan sebelum memberikan keuntungan ada baiknya untuk membenahi dahulu hak-hak dasar rakyat Papua.
Selengkapnya...





Setelah melanglang buana ke berbagai tempat, menyusuri panjangnya sungai, menyelami dalamnya lautan, mendaki gunung es tertinggi di Asia Pasifik, hidup bersama suku Yali Mek di pegunungan, bergaul dengan ular paling berbisa, bercengkrama denga jeram-jeram ganas sungai-sungai Kalimantan. Kali ini ketiga Program Petualangan andalan TV 7 ; Jejak Petualang (JP), Petualangan Bahari (PB) dan Petualangan Liar (PL) akan bersama-sama berkespedisi ke Papua. Mereka akan berangkat bersama-sama ke tanah Papua selama 50 hari (27 April – 3 Juni 2006) lamanya, bertualang dan mengeksploitasi keindahan alam dan keanekaragaman adat dan istiadat masyarakat Papua. Ekspedisi ini merupakan yang pertama dan terbesar yang pernah dilakukan stasiun TV di Indonesia yang akan melibatkan tidak kurang dari 30 kru, belasan kamera, puluhan alat pendukung shooting lainnya, belum lagi peralatan untuk di alam bebas seperti tenda, sleeping bag, dan sebagainya dengan berat keseluruhan mencapai ratusan kilogram. Mulai dari kru JP, PB dan PL juga kru liputan untuk News Reguler di TV 7 akan ambil bagian dalam ekspedisi besar ini. Ekspedisi ini akan dipantau dan di ekspose hampir tiap harinya di News Reguler. Nantinya para pemirsa TV 7 bisa mengikuti berbagai aktifitas petualangan JP, PB dan PL di Tajuk Pagi (pukul 07.00 wib), Galeri 7 Malam (pukul 24.00 wib) dan beragai outlet News TV7 lainnya. Presenter di Studio nantinya akan berbincang secara real time dengan para








raja ampat ya..??? kereeeennn... :D 