Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

2008/11/17

A S M A

A S M A

Asma (Asthma bronchiale) adalah stilah yang digunakan untuk menunjukkan danya gangguan pada sistem pernapasan yang dapat menyebabkan kesulitan dalam bernapas. Terjadinya asma disebabkan oleh ondisi inflamasi kronis pada saluran perapasan. Gejalagejala yang umum dijumpai adalah batuk, mengi (wheezing), sesak hingga sulit bernapas. Penyebab asma masih belum diketahui keseluruhan. Sebagai pencegahan, pemicu asma harus dihindari. Kematian akibat asma seringkali karena tidak disadari bahwa asma yang dialami cukup parah sehingga kondisi tersebut tidak diterapi dengan baik. Pada anak-anak, asma biasanya terjadi apabila orang tuanya mempunyai gangguan alergi terhadap sesuatu. Faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya asma diantaranya: alergen (serbuk sari, jamur, kutu rumah, hewan), cuaca dingin, olah raga, infeksi saluran napas yang disebabkan oleh virus, stimulus psikologi (misal : stres, cemas), obat (aspirin, ibuprofen), polutan industri kimia. Berdasarkan penyebabnya, asma dapat dibedakan menjadi dua macam, asma ekstrinsik dan asma intrinsik. Asma ekstrinsik (asma alergi) ditimbulkan karena alergen dan biasanya terjadi pada anakanak. Sedangkan asma intrinsik (asma yang tidak diketahui penyebabnya) dipicu oleh faktor-faktor non alergenik, seperti infeksi oleh virus, iritan, emosi dan olah raga. Asma ini umumnya berkembang pada orang dewasa. Berdasarkan tingkat keparahannya, asma dibedakan menjadi asma akut dan asma kronis.

Asma Akut
Disebut asma akut apabila terjadinya bronkospasme sedemikian parah sehingga pasien sulit bernapas pada kondisi istiraat dan tingkat antara lain denga napas yang cepat (>30 kali/menit), dan meningkatnya denyut nadi. Pasien dengan severe acute asthma, denyut nadinya akan meningkat > 110 denyut/ menit. Pasien dengan PER (peak expiratory flow rate < style="font-weight: bold; color: rgb(204, 0, 0);">Asma kronis
Penanganan asma tergantung pada frekuensi dan keparahan gejala asma yang muncul. Serangan asma yang jarang terjadi dapat ditangani dengan mengobati setia serangan bila serangan asma tersebut muncul (hanya jika perlu), tetapi untuk
serangan asma yang lebih sering maka terapi pencegahan perlu dilakukan. Rute pemberian obat yang lebih disukai adalah inhalasi, sebab inhalasi memungkinkan obat langsung mencapai organ sasaran dengan dosis yang lebih kecil, sehingga
kemungkinan efek samping lebih sedik mempunyai mula kerja yang cepat dan leb efektif mencegah bronkokonstriksi. Ada dua macam obat yang digunakan sebagai bronkodilator, penyekat β 2 selektif (salbutamol dan terbutaline) dan non selektif (adrenaline, isoprenaline, orciprenaline). Pemakaian bronkodilator non selektif saat ini dihindari karena obat-obat tersebut dapat menimbulkan toksisit; kardia, meskipun pemakaian bronkodilator yang penyekat β2 selektif juga dapat menyebabkan takikardi dan palpitasi tergantung pada dosis yang digunakan (fa/ frn).

Kepustakaan
1. Barnes PJ, Liew FY. Nitric Oxide and asthmatic inflammation. Immunology Today 1998; 16: 128-130.
2. Bienenstock J, McDermott MR, Clancy RL. Respiratory Tract Defence: Role of Mucosal Lymphoid Tissue in Mucosal Immunology.
Pea ray I, Ogra et al (Ed.). 2"d ed. Academic Press; 1999: 283.
3. Serafin WE. Drugs used in treatment of asthma in Goodman and Gilman’s Pharma cological Basis of Therapeutics, Hardman
JG, Limbird LE, Molinoff PB, Ruddon RW, Gilman AG (Ed.). 9th ed.; 1996: 659-682.
4. McFadden ER. Asthma in Harrison’s Principles of Internal Medicine. 14th ed. McGraw Hill; 1998: 1419-1426.
5. Hadiarto Mangunnegoro. Diagnosis and Penatalaksanaan asthma. Simposium PDPI Jakarta; 1992

No comments: