Perjalanan menuju Danau Singkarak dari Padangpanjang tak terlalu lama, hanya 30 menit. Dan kami mulai mencari tempat parkir di pantainya. Masuk menuju tempat wisata Tanjung Mutiara, ternyata tempat wisata tersebut tak begitu menarik. Ada perahu wisata yang bisa disewa untuk berkeliling di sekitar danau, muat sekitar 20an orang, ada perahu yang dikemudikan berdua. Tapi sangat jarang pengunjung yang memanfaatkan perahu itu, mungkin sewanya yang juga cukup mahal. Yang banyak adalah anak-anak kecil berenang di pantainya. Cuaca lumayan cerah namun berawan tebal, di beberapa sudut danau masih bisa terlihat kecantikan tersembunyi Danau Singkarak yang menunggu penataan lebih lanjut. Ya, keindahan itu masih terkubur.
Danau Singkarak dengan luas sekitar 108km persegi adalah danau terbesar ke-2 di Sumatra setelah Danau Toba. Keunikannya adalah budidaya ikan Bilih yang hanya bisa dilakukan di Danau Singkarak ini. Sebagian besar orang di kampung atau nagari di sekitarnya bertahan hidup dengan menjadi nelayan dan budidaya ikan bilih.
Kemudian kami menuju rumah sahabat Arcon, beruntung dia baru melakukan ritual pernikahan. Adat di Solok masih dipegang erat. Budaya matrilinial masih turun-menurun diwariskan. Pihak perempuan menjadi pewaris sah segala harta keluarga. Rumah gadang mempunyai kamar sejumlah anak perempuan yang dipunyai, dan hanya perempuan yang mempunyai kamar karena laki-laki nantinya kalau menikah akan ikut istrinya.
Beruntung pula akhirnya kami bisa mencoba masakan padang yang asli buatan rumah, apalagi beberapa adalah masakan yang khusus dibuat untuk pesta. Seperti misalnya rendang, makanan ini sebenarnya jarang dibuat karena membutuhkan waktu yang berhari-hari untuk membuatnya, dan rendang yang asli bisa bertahan beberapa hari pula tanpa dimasak. Ada pula ikan bilih, ikan rinuak, dan ketan yang dimakan dengan pisang. Perjalanan pulang kali ini dengan perut penuh karena saat mampir sekalian mengantarkan ke pengantin perempuan kami harus makan lagi. Terlarang hukumnya kalau tak makan…, tidak menghargai nyonya rumah…
Danau Singkarak |
20-01-2007 | |
Danau Singkarak merupakan Danau terluas ke-2 di Sumatera setelah Danau Toba. Danau yang terletak pada ketinggian 36,5 meter dari permukaan laut ini merupakan habitat dari spesies ikan hias yang hanya hidup di Danau ini saja. Masyarakat setempat menyebutkan " Ikan Bilih ". Yang menjadi keunikan dari ikan ini, ia tidak dapat dibudidayakan di luar habitatnya. Danau Singkarak berada di dua kabupaten di Sumatera Barat, Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Dengan luas 107,8 km² danau ini merupakan danau terluas ke-2 di Pulau Sumatera. Danau ini merupakan hulu Batang Ombilin. Air danau ini sebagian dialirkan melewati terowongan menembus Bukit Barisan ke Batang Anai untuk menggerakkan generator PLTA Singkarak di dekat Lubuk Alung, Padang Pariaman. Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) merupakan spesies ikan yang diperkirakan hanya hidup di danau ini[1], dan menjadi salah satu makanan khas. |
Bupati dan Wakil Bupati Solok
| Cottage cottage di pinggiran Danau Kembar
| Convention Hal di Alahan Panjang
| Danau Singkarak dilihat dari puncak Gunung Merapi, dibelakang terlihat samar samar Gunung Talang |
Hamparan sawah penghasil di pinggiran Danau Singkarak, penghasil Bareh Solok yang terkenal | Gunung Singgalang dan Merapi dari kejauhan
| Danau Singkarak, penghasil ikan bilih yang terkenal
| Gunung Merapi dilihat dari Danau Singkarak
|
Komplek GOR Batu Tupang
| Gerbang Masuk GOR Batu Tupang
| Danau Diatas
| Rest Area Biteh Kacang di pinggiran Danau Singkarak, yang akan dikembangkan menjadi gerbang wisata utara Kabupaten Solok |
Perkebunan teh PTPN Gunung Talang
| Panorama Danau Kembar, sebuah bukit yang berada diantara kedua danau | Lomba Dayung di Danau Singkarak | |
Danau-danau Cantik di SumBar | for everyone |
hehehehe...
Prev: Akikah Nesha
Next: Arsitektural Minangkabau
No comments:
Post a Comment