Beberapa tempat Wisata di Provinsi Jawa Tengah
(wisata lengkap, silahkan download file Profil Wisata Jateng (1.117 KB, ZipFile)
1. CANDI BOROBUDUR
Borobudur adalah salah satu monumen kuno terbaik di dunia yang dilestarikan, bahkan merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Monumen ini adalah kuil budha terbesar di dunia dan telah diklaim sebagai hasil budaya manusia yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan, baik domestik maupun luar negeri sampai saat ini. Gaya arsitek dari candi ini pun tidak ada yang menyerupai di antara berbagai bangunan kuno di dunia. Struktur yang terinspirasi dari penggambaran mikro kosmos seringkali menjadi suatu pertanyaan, misalnya kapan, dengan cara apa, berapa lama dan oleh siapa cagar alam ini telah dibangun. Jawaban yang tepat sampai saat ini masih meninggalkan misteri, karena tidak ada dokumen tertulis sampai saat ini. Berdasarkan prasasti yang ditemukan oleh peneliti, dicatat bahwa Candi Borobudur dibangun antara abad ke-8 ketika Samaratungga (Raja dari Dinasti Syailendra) memerintah di Jawa Tengah. Arti dari Borobudur merupakan gabungan dari kata Bara dan Budur. Bara dari bahasa Sansekerta berarti kompleks candi atau biara. Sedangakan Budur mengingatkan kita dengan kata yang berasal dari Bali Beduhur yang berarti di atas. Dengan kata lain, Borobudur berarti Biara di atas bukit. Borobudur penuh dengan ornamen filosofis dimana menyimbolkan secara gamblang tentang kesatuan dari perbedaan jalur yang dapat diikuti untuk mencapai tujuan hidup yang paling pokok. Relief yang terukir di dinding candi memberitahukan keindahan dalam mempelajari hidup. Dengan kata lain, Borobudur memiliki jiwa seni, filosofis dan budaya.
2. KLENTENG SAM POO KONG (GEDUNG BATU)
Klenteng ini dibangun oleh seorang utusan dari Tiongkok yang bernama Sam Poo Tay Djien dalam lawatannya ke Semarang, sebagai salah satu persinggahan dari rangkaian kunjungannya ke negara-negara Asia. Klenteng ini memberikan inspirasi bagi berkembangnya berbagai legenda mengenai kota Semarang, khususnya kawasan Simongan. Klenteng yang memiliki bentuk sangat indah, perpaduan ornamen Cina yang sangat kental dipadu dengan bentuk atap yang mirip Joglo. Fungsi bangunan selain sebagai tempat suci untuk beribadah juga merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi, khususnya pada tahun baru Imlek. Lokasi Klenteng berada di Jl. Simongan, kawasan Gedong Batu Kota Semarang.
3. KETEP PASS
Ketep Pass atau Bukit Ketep, terletak di Desa Ketep Kec. Sawangan Kab. Magelang, berada pada ketinggian 1.200 dpl, luas areal sekitar 8.000 m2, berjarak sekitar 17 km dari Desa Blabak ke arah Timur, 30 km dari Kota Magelang dan 35 Km dari Kota Boyolali (di jalur Solo–Selo–Borobudur). Dari Ketep Pass ini wisatawan dapat menikmati panorama pemandangan Gunung Merapi, Merbabu, Sumbing, Sindoro, Tidar, Andong dan Pegunungan Menoreh serta hamparan lahan pertanian. Fasilitas rekreasi yang tersedia untuk wisatawan antara lain berupa: (1) gardu pandang untuk melihat aktifitas puncak Merapi dengan lensa teropong, (2) menonton film tentang riwayat aktivitas merapi di Volcano Theater, (3) mengunjungi museum yang menyajikan data visual tentang kegunungapian dalam bentuk foto-foto dan miniatur gunung Merapi, serta (4) informasi mitigasi bencana gunung berapi, yang mampu mengajak pengunjung secara langsung mengoperasikan peralatan pemantauan dan pendeteksian gejala dan kegiatan vulkanik dengan komputer. Di samping itu, Ketep Pass juga menyediakan areal parkir yang luas, restoran, kios cinderamata, dll.
4. KEPULAUAN KARIMUNJAWA
Karimunjawa, salah satu kecamatan di Kabupaten Jepara merupakan satu-satunya kecamatan di Jawa Tengah yang dipisahkan lautan dengan daratan Jawa yang berjarak 45 mil laut dari ibukota Kabupaten dan 60 mil laut dari ibukota Provinsi. Ia merupakan untaian pulau-pulau kecil yang terdiri dari 27 pulau dengan luas 7.129 ha serta luas perairan 107.225 ha. Nama Karimunjawa konon diambil dari kata Keremun atau samar-samar, maksudnya adalah gugusan pulau ini bila dilihat dari daratan Jawa kelihatan keremun-keremun atau samar-samar. Nama tersebut konon diberikan saat Sunan Nyamplungan datang ke Karimunjawa (orang pertama kali yang datang menginjakkan kaki di daratan karimunjawa). Sunan Nyamplungan adalah salah satu putra Sunan Muria yang hijrah ke Karimunjawa, yang namanya diabadikan dari tempat makamnya yaitu Gunung Nyamplungan di wilayah desa Karimunjawa. Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi adalah Pulau Menjangan Kecil, Menjangan Besar, Tanjung Gelam, Legon Lele, Genting, Kembar, Parang, Cemara dan Krakal. Wisata bahari seperti berlayar, selancar air, ski air, berenang, berjemur di pantai pasir putih, berkemah, wisata budaya, pengamatan rusa dan burung serta menyelam/snorkeling. Paket wisata untuk mengunjungi pulau-pulau tersebut dapat menghubungi biro perjalanan di Semarang/Jepara (tour 1 s.d. 7 hari). Atraksi budaya di luar taman nasional yaitu Festival Durian dan Lomban pada bulan Januari/Maret di Jepara. Musim kunjungan terbaik: bulan April s/d Oktober setiap tahunnya. Akses dari dan ke Karimunjawa bisa ditempuh baik lewat laut dengan Kapal Kartini dari Perlabuhan Tanjung Mas Semarang dan Dewondaru dari Pantai Jepara ataupun lewat udara dengan pesawat carter.
5. MASJID AGUNG DEMAK
Masjid Agung Demak adalah sebuah mesjid yang tertua di Indonesia. Ia terletak di Demak, Jawa Tengah. Arsitektur Masjid Agung Demak dipengaruhi oleh arsitektur Jawa Kuno pada masa kerajaan Hindu. Identifikasi pengaruh arsitektur tersebut tampil pada tiga aspek pokok dari arsitektur Jawa Hindu yang dipenuhi oleh masjid tersebut. Tiga aspek tersebut adalah atap meru, ruang keramat (cella) dan tiang guru yang melingkupi ruang cella. Meru merupakan ciri khas atap bangunan suci di Jawa dan Bali. Bentuk atap yang bertingkat dan mengecil ke atas merupakan lambang vertikalitas dan orientasi kekuasaan ke atas. Bangunan yang dianggap paling suci dan dan penting memiliki tingkat atap paling banyak dan paling tinggi.
6. MASJID KUDUS DAN MENARA KUDUS
Masjid Kudus yang dibangun oleh Sunan Kalijaga (salah satu dari Walisanga, penyebar agama Islam yang terkenal di Pulau Jawa) dibangun pada abad ke-16. Bangunan masjid yang agung tersebut tampil dengan pesona arsitektur yang indah. Sedangkan bangunan Masjid Agung Demak yang terletak kurang lebih 26 km dari kota Semarang dipercaya berasal dari kerajaan Majapahit. Masjid Kudus (disebut juga sebagai mesjid Al Aqsa dan Mesjid Al Manar) adalah masjid yang dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 1549 dan terletak di kota Kudus, Jawa Tengah. Mesjid ini berbentuk unik, karena memiliki menara yang serupa bangunan candi. Menara Kudus merupakan bangunan monumental yang bernilai arkeologis dan historis tinggi. Dari aspek arkeologis, Menara Kudus merupakan bangunan kuno hasil akulturasi kebudayaan Hindu-Jawa dan Islam. Menara Kudus dibangun oleh Syeh Ja’far Shodiq (Sunan Kudus, salah seorang dari Wali Songo) pada tahun 1685 M yang disimbolkan dalam candrasengkala “Gapuro rusak ewahing jagad” yang bermakna tahun Jawa 1609 atau 1685 M. Bangunan Menara Kudus tidak dapat dipisahkan dengan Masjid Menara Kudus (Masjid Al-Aqsho) dan Makam Sunan Kudus karena secara geografis-fungsional ketiganya merupakan satu kesatuan yang inherent dengan sejarah berdirinya Kota Kudus. Obyek Wisata Ziarah ini setiap hari sangat ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah, terutama pada moment Upacara “Buka Luwur” (Penggantian kain kelambu penutup makam Sunan Kudus) yang dilaksanakan setiap tanggal 10 Muharram/Syuro. Peristiwa menarik dalam Upacara Buka Luwur adalah ketika para pengunjung/peziarah berupaya memperoleh nasi bungkus selamatan dan kain luwur bekas penutup makam yang konon dipercaya dapat memberikan keberuntungan bagi yang memperolehnya. Selain “Buka Luwur”, kawasan Menara Kudus juga menjadi pusat keramaian pada saat “Dhandhangan”, yaitu tradisi menyambut datangnya bulan puasa Ramadhan.
7. CANDI PRAMBANAN
Prambanan adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia, dan terletak di pulau Jawa, kurang lebih 20 km timur Yogyakarta, 40 km barat Surakarta dan 120 km selatan Semarang, persis di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Prambanan terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara kabupaten Sleman dan Klaten. Candi ini dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi oleh salah seorang dari kedua orang ini, yakni Rakai Pikatan (Raja kedua wangsa Mataram I) atau Balitung Maha Sambu semasa wangsa Sanjaya. Tidak lama setelah dibangun, candi ini ditinggalkan dan mulai rusak. Renovasi candi ini dimulai pada tahun 1918, dan sampai sekarang belum selesai. Bangunan utama baru diselesaikan pada tahun 1953. Banyak bagian candi yang direnovasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja. Sekarang, candi ini adalah sebuah situs warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO mulai tahun 1991. Antara lain hal ini berarti bahwa kompleks ini terlindung dan memiliki status istimewa, misalkan juga dalam situasi peperangan. Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Asia Tenggara, dengan tinggi bangunan utama adalah 47 m. Kompleks candi ini terdiri dari 8 kuil atau candi utama dan lebih daripada 250 candi kecil. Tiga candi utama disebut Trisakti dan dipersembahkan kepada Sang Hyang Trimurti: Batara Siwa sang Penghancur, Batara Wisnu sang Pemelihara dan Batara Brahma sang Pencipta.
8. MUSEUM KERETA API AMBARAWA
Kereta api juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana berwisata. Tidak percaya? Datang saja ke Stasiun Ambarawa. Di stasiun ini terdapat kereta api kuno bergerigi yang biasa dimanfaatkan untuk wisata. Wisata ini disebut Railways Mountain Tour. Perjalanan sepanjang ± 9 km ini butuh waktu sejam lamanya. Laju kereta api (KA.) ini memang tidak dapat dibandingkan dengan KA lainnya. Sangat lambat. Kecepatan maksimumnya hanya 10 km/jam. Perjalanan antara Stasiun Ambarawa-Stasiun Jambu belum terasa istimewa, mengingat jalurnya masih datar. Sementara kanan kiri rel pemandangan yang terlihat hanyalah perkampungan penduduk. Baru antara Stasiun Jambu-Stasiun Bedono terasa ada yang berbeda. Karena jalan sudah mulai menanjak maka posisi lokomotif diubah. Bila sebelumnya ada di depan, maka posisi lokomotif kini ada di belakang. Jadilah KA bukan ditarik lokomotif, melainkan didorong oleh lokomotif. Jalur Stasiun Jambu-Stasiun Bedono ini berada di ketinggian 693 meter di atas permukaan air laut. Panorama di sepanjang perjalanan semakin luar biasa. Hamparan Gunung Ungaran dan Gunung Merbabu menjadi latar belakang yang mempesona. Sementara dua gerbong penumpang seluruh dindingnya terbuat dari kayu. Demikian pula tempat duduk penumpang semuanya dari kayu. Di dinding gerbong tak ada kaca jendela. Sehingga penumpang dapat menikmati semilir angin nan sejuk dan pemandangan selama perjalanan. Karena letaknya yang cukup tinggi inilah di sepanjang jalur Stasiun Jambu-Stasiun Bedono ini terdapat rel bergerigi. Fungsinya adalah untuk menahan agar KA tidak mengalami kesulitan menanjaki jalur tersebut. Rel di jalur ini menjadi rel gerigi satu-satunya di Indonesia yang hingga sekarang masih difungsikan. Dari segi usia KA bergerigi ini memang sudah dapat dikatakan uzur. Lokomotifnya buatan Belanda tahun 1902. Berarti umurnya sudah lebih dari 100 tahun. Sementara dua gerbong penumpangnya adalah buatan tahun 1907. Usianya lebih muda lima tahun dibandingkan lokomotifnya.
9. PURO MANGKUNEGARAN
Puro Mangkunagaran dibangun pada tahun 1757, dua tahun setelah dilaksanakan Perundingan Gijanti yang isinya membagi pemerintahan Jawa menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta. Kerajaan Surakarta terpisah setelah Pangeran Raden Mas Said memberontak dan atas dukungan sunan mendirikan kerajaan sendiri. Raden Mas Said memakai gelar Mangkunegoro I dan membangun wilayah kekuasaannya di sebelah barat tepian sungai Pepe di pusat kota yan sekarang bernama Solo. Puro Mangkunagaran yang sebetulnya awalnya lebih tepat disebut tempat kediaman pangeran daripada istana, yang dibangun mengikuti model kraton tetapi bentuknya lebih kecil. Bangunan ini memiliki ciri arsitektur yang sama dengan kraton, yaitu pada pamedan, pendopo, pringgitan, dalem dan kaputran, yang seluruhnya dikelilingi oleh tembok yang kokoh. Sisa peninggalan yang masih tampak jelas pada saat ini adalah perpustakaan yang didirikan pada tahun 1867 oleh Mangkunegoro IV. Perpustakaan tersebut terletak dilantai dua, diatas Kantor Dinas Urusan Istana di sebelah kiri pamedan.
10. WISATA API ALAM MRAPEN
Berkunjung ke objek wisata Api Alam Mrapen bukanlah hal yang sulit karena objek wisata ini terletak dipinggir jalan raya Purwodadi - Semarang. Tiket masuk ditetapkan dengan harga yang murah. Kendaraan dapat parkir di sebuah area terbuka yang cukup luas untuk menampung kendaraan roda dua dan empat. Hal yang pertama kali dicari adalah di mana lokasi keberadaan api Mrapen. Sekilas mata memandang tidak ditemukan sama sekali kobaran api di area ini, karena yang ada hanya setumpuk batu berwarna putih yang tersusun rapi membentuk kerucut. "Mana apinya ?" mungkin itulah pertanyaan yang muncul karena tidak terlihat ada api. Namun, ketika dicoba dengan setumpukan daun kering yang dengan hati-hati diletakkan di dalam rongga dan tak lupa meniupnya, sepintas sebuah jilatan api nampak membakar daun-daun kering tersebut. Rupanya api yang ada terlalu kecil untuk langsung dilihat, perlu ada "bahan bakar" terlebih dahulu agar tampak lebih berkobar. Tak jauh dari lokasi berkobar api terdapat sebuah batu bobot, yang menurut penduduk setempat diyakini akan mampu mengabulkan semua permintaan siapa saja yang bisa mengangkat batu tersebut sambil duduk. batu itu sendiri terletak dalam sebuah cungkup dan terkunci rapat. Disamping batu bobot, di lokasi wisata Api Abadi Mrapen juga terdapat kolam kecil dengan air berwarna hijau beserta gelegak air di tengahnya. Meskipun air tersebut tampak seperti mendidih, namun tidaklah panas karena gelembung-gelembung udara tersebut berasal dari gas yang berada dalam tanah. Api Alam Mrapen pernah digunakan untuk menyalakan obor dalam kegiatan pesta olahraga international (Ganefo I) pada tanggal 1 November 1963 di Jakarta demikian pula untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) X tahun 1989, dan PON XIV tahun 1996. Selain untuk kegiatan penyalaan api olahraga juga digunakan pula untuk upacara hari raya waisak.
No comments:
Post a Comment